Google Translate to

Indo

Minggu, 19 Desember 2010

Pendidikan Jiwa Dalam Perspektif Islam

 

“Charassein” (bhs. Yunani) atau engrave (bhs. Inggris) atau mengukir (bhs. Indonesia) merupakan asal kata “Character”. Membentuk Karakter diibaratkan mengukir diatas permukaan yang sangat keras. Berasal dari arti ini karakter berkembang pengertiannya sebagai “tanda khusus” atau “pola perilaku” suatu individu.

Konsep Karakter versi Barat tidak berbeda jauh dengan Akhlaq dalam perspektif Islam. Pendidikan jiwa manusia mempunyai bobot sangat tinggi dalam Islam. “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq.”

Menurut Imam al-Ghozali (1058 – 1111 M) atau Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, akhlak (tabiat) harus menetap dalam jiwa dan perbuatan muncul dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran mendalam atau penelitian dahulu.

Akhlak bukan “perbuatan”, bukan  “kekuatan” dan bukan pula “ma’rifat” (pengetahuan yang mendalam).  Yang lebih sepadan dengan akhlak adalah “hal” (bhs. Indonesianya “keadaan”) atau kondisi kejiwaan yang bersifat bathiniyah. (sumber : Ihyaa uluumuddiin jilid 2, hal.599).

Ibnu Miskawaih (932 – 1030 M) ulama yang mendalami filsafat etika (Islam) dalam bukunya berjudul “Tahdzib al-Akhlaq” mengemukakan pentingnya dalam diri manusia menanamkan kualitas2 akhlak dan melaksanakannya dalam tindakan2 nyata secara spontan.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah “keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu.” Ia menyebutkan ada 2 sifat yang menonjol pada jiwa manusia. Yaitu sifat jiwa yang buruk dari jiwa pengecut, sombong dan penipu, dan sifat jiwa yang cerdas dari jiwa pemberani, adil, pemurah, sabar, tawakal dan kerja keras.

Tujuan pendidikan jiwa ini untuk mencapai derajat muslim yang baik. Yaitu  memiliki Akhlaqul-Karimah dalam interaksinya dengan sesama manusia, bahkan kepada hewan (termasuk adab tidak menyiksa dan cara menyembelih dengan pisau sangat tajam) dan juga kepada alam.

Banyak sekali ayat al_Qur’an dan hadits Nabi  yang memberi tuntunan nilai moral menuju akhlak terpuji (Akhlaaqul Karimah). Menjadikan Islam kaya dengan sumber referensi yang sangat2 terjaga authentitasnya dalam pendidikan jiwa umat Islam seluruh dunia.  

Ada landasan fondasi yang sama antara Character Building model barat dengan model “li utammima makarimal akhlaq” (untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”) yaitu pengembangan jiwa manusia. Yang menjadikan berbeda adalah pembentukan akhlaq umat Islam memiliki dimensi akhirat yang transendental.

Wallaahu a’lam bi shawab

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More