Google Translate to

Indo
Tampilkan postingan dengan label KEMULIAAN ISLAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KEMULIAAN ISLAM. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Februari 2011

Bagaimanakah Cara Meraih Kebahagiaan ? ( Bagian 1)

 

Seorang wanita yahudi Professor Senior bidang Sosiologi di New York University (NYU) suatu siang, 26 April 2010, sebelum dzuhur datang ke Islamic Cultural Center of New York untuk janji pertemuan dengan Imam Masjid yang berasal dari Indonesia, M Syamsi Ali. Wanita 40-an tahun yang terlalu muda untuk status profesional ini tidak sabar bertemu yang seharusnya pukul 13.30 siang itu.

Professor Karen Henderson datang dengan harapan  ada solusi atas masalah yang sangat mengganggu pikirannya yang ia bawa sejak penelitian sosiologis dan tinggal di Afghanistan – Pakistan selama 3 tahun.  Dalam pengakuannya saat dialog kemudian, ia mengaku sangat takjub melihat kehidupan di Afghanistan - Pakistan. Takjub yang menghantarkan  pada hidayah dan menjadikan siang itu selepas shalat Dzuhur menjadi mualaf dan meninggalkan keyakinan aslinya, Agama Yahudi.

Kembali ke Karen, saat dialog tentang konsep kebahagiaan. Menurutnya, sebagai seorang sosiolog, dia telah melakukan banyak penelitian dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya. Pernah ke Amerika Latin, Afrika, negara Eropa, dan Asia , termasuk Asia Selatan.

"Tapi satu hal yang harus aku ceritakan, orang-orang Pakistan dan Afghan adalah orang-orang sangat menakjubkan,” katanya mengenang.

“Banyak, religiusitas mereka. Antara lain komitmen mereka terhadap agama. Tapi saya rasa yang paling menakjubkan adalah kekuatan mereka, dan bertahan lama di alam dalam kehidupan sehari-hari,” 

"Aku heran bagaimana orang-orang ini begitu kuat dan tampak bahagia meski kehidupan yang sangat menantang.”

"Saya ingin memberitahu Anda bahwa pikiran saya terus-menerus mengingat orang-orang itu. Memori saya mengingatkan saya tentang bagaimana mereka bahagia, sementara kita, di Amerika hidup dalam keadaan mewah, tapi penuh kekurangan kebahagiaan,” ujarnya seolah bernada marah.

Tiba-tiba ia meneteskan airmata di tengah dialog, tapi sambil melempar senyum berujar :  “I am sorry, saya sangat emosional dengan kisah ini,” 

Begitulah cuplikan yang diceritakan oleh Imam Masjid New York dalam rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com  (Dialog lengkapnya akan saya lampirkan pada PART 2).

 Hakikat Kebahagian Sejati

Islam mengajarkan konsep kebahagiaan sejati adalah apabila hatinya dipenuhi kecintaan yang kental kepada ALLAH SWT dan RASULULLAH SAW. Jika puncak kebahagiaan ini diraih, maka hatinya tidak lagi berpaling kepada yang lain. Sepanjang hidupnya hanya ingin bertemu kepada yang dicintainya ini kelak di akhirat – kehidupan sesudah datangnya kematian. YA … kebahagiaan sejati ada di akhirat.

Tidak peduli bagaimana Anda menjalani hidup Anda di dunia ini, itu adalah sementara dan tidak memuaskan. Harus ada tempat di mana kita akan hidup kekal, di mana semua mimpi dan harapan akan terpenuhi. Keyakinan ini memberi kita kekuatan besar dan tekad untuk menjalani hidup sepenuhnya,  tidak peduli seberapa buruk  situasi yang melingkupi kehidupan itu sendiri. Itulah kebahagiaan yang dilandasi kebenaran IMAN.

Malaikat Maut datang untuk mengambil nyawa Nabi Ibrahim as, Ibrahim berkata : "Pernahkan engkau melihat seorang sahabat mengambil nyawa sahabatnya?" Allah pun seketika menjawab, "Pernahkah engkau  melihat seorang sahabat yang tidak suka untuk melihat sahabatnya?" Maka Ibrahim pun berkata, "Wahai Izrail, ambillah nyawaku!"

Doa berikut ini diajarkan oleh Nabi saw. kepada para sahabatnya; "Ya Allah, berilah aku kecintaan kepada-Mu dan kecintaan kepada orang-orang yang mencintai-Mu, dan apa saja yang membawaku mendekat kepada cinta-Mu. Jadikanlah cinta-Mu lebih berharga bagiku daripada air dingin bagi orang-orang yang kehausan." Hasan Basri seringkali berkata: "Orang yang mengenal Allah akan mencintaiNya; dan orang yang mengenal dunia akan membencinya."

Imam Ghozali dalam kitab Kimiyatus Sa’adah (Kimia Kebahagiaan) menyatakan    :  “Ketahuilah manusia dijadikan tidak untuk "sia-sia" saja.
Tetapi dijadikan untuk tujuan besar dan mulia.  Meskipun manusia tidak Qadim
(kekal dan azali lagi),  namun ia kelak hidup kekal selama-lamanya (di surga atau neraka). 

Meski badannya kecil dan berasal dari bumi,  namun Ruh atau Nyawa adalah tinggi dan berasal dari sesuatu yang bersifat Ketuhanan.  Apabila hawa nafsunya dibersihkan sebersih-bersihnya,  maka ia akan mencapai taraf paling tinggi dan tidak lagi menjadi hamba kepada hawa nafsu rendah.  Ia akan mempunyai sifat-sifat seperti Malaikat.

Dalam peringkat yang tinggi ini,  didapatinya surganya adalah dalam bertafakur mengenang Allah Yang Maha Indah dan Kekal Abadi.  Ia tidak lagi tunduk kepada kehendak-kehendak kebendaan dan nafsu semata-mata.  Al-Kimiya Keruhanian yang membuat pertukaran ini.

Tinjauan Sekilas Kitab Kimiyatus Sa’adah

Kimia Kebahagian ini ringkasnya berpaling dari dunia dan menghadap kepada ALLAH Subhaanahu wa Taala.  Bahan-bahan Kimia ini adalah empat   :  1.  Mengenal Diri                         2.  Mengenal Allah
                 3.  Mengenal Dunia ini Sebenarnya (Hakikat Dunia)
                 4.  Mengenal Akhirat sebenarnya (Hakikat Akhirat)

Allah SWT telah menurunkan ke bumi 124,000 nabi untuk mengajar manusia tentang bahan-bahan Al-Kimia ini.  Bagaimana hendak menyucikan hati mereka dari sifat-sifat rendah dan keji itu. Dan ajarannya pun diwariskan kepada Ulama-ulama yang wara’ atau wali-wali kekasih Allah.

Tujuan atau puncak dari Kimia Kebahagiaan ini adalah mencapai Maqam Mahabbah;  puncak tertinggi kebahagiaan yang ingin dimiliki oleh orang-orang yang Mengenal Allah. Singkatnya mencintai Allah dengan sebenar-benarnya, bukan karena sebagai kewajiban.

Cinta itu sendiri apa? Cinta adalah kecenderungan pada sesuatu yang menyenangkan, sebagaimana panca indera, kesenangan telinga kepada alunan musik, kesenangan lidah pada rasa enak yang semuanya juga dimiliki oleh hewan. Namun pada manusia ada indera keenam yang tidak ada pada makhluk lainnya, yaitu Persepsi yang ada di hati. Dengan Persepsi ini kita menyadari suatu keindahan dan keunggulan ROHANI.

Maksudnya orang yang hanya akrab dengan kesenangan dunia (inderawi) tidak akan bisa memahami maksud Nabi SAW,  saat bersabda bahwa ia mencintai shalat lebih daripada wewangian dan wanita, meski keduanya  juga menyenangkan baginya. Orang  yang mata-hati(persepsi)nya terbuka untuk melihat keindahan dan kesempurnaan Allah akan meremehkan semua penglihatan luar, betapa pun indah tampaknya semua itu.

Manusia yang hanya mengakrabi kesenangan inderawi (dunia)  berkata :   “keindahan seseorang ada pada kulit putih, tubuh  serasi dan seterusnya.”  Sebaliknya ia buta terhadap keindahan sifat-sifat yang dimaksudkan oleh orang-orang ketika mereka berbicara tentang orang ini dan orang itu yang memiliki tabiat baik.

Adapun orang yang memiliki persepsi lebih dalam merasa sangat mungkin untuk bisa mencintai orang-orang mulia yang telah jauh mendahului kita - seperti para nabi dan orang saleh - berkenaan dengan sifat-sifat mulia mereka, meski sudah meninggal ribuan tahun. Kecintaan seperti itu tidak diarahkan kepada bentuk luar melainkan kepada sifat-sifat ruhaniah.

Saat kita ingin membangkitkan rasa cinta di hati seorang anak kepada orang lain, kita tidak menguraikan keindahan tubuhnya atau harta yang dimiliki, melainkan diuraikan kunggulan ruhaniah dan sifat mulianya.

Sebab-Sebab Yang Dapat Membangkitkan Kecintaan

Sebab pertama adalah kecintaan seseorang atas dirinya dan kesempurnaan sifatnya sendiri.

Hal ini membawanya langsung kepada kecintaan kepada Allah,  karena  keberadaan dan sifat-sifat manusia tidak lain adalah anugerah Allah. Kalau bukan karena kebaikan-Nya, manusia tidak akan pernah tampil ke dunia secara kasat mata. Pemeliharaan dan pencapaian kesempurnaan manusia juga sama sekali tergantung para kemurahan Allah.

Sungguh aneh jika seseorang mencari perlindungan dari panas matahari di bawah bayangan sebuah pohon dan tidak berterimakasih kepada pohon yang tanpanya tidak akan ada bayangan sama sekali.

Sama seperti itu, kalau bukan karena Allah, manusia tidak akan maujud (ada) dan sama sekali tidak pula mempunyai sifat-sifat. Karenanya ia pasti mencintai Allah kalau saja bukan karena  sikap masa-bodohnya  terhadap Allah. Orang bodoh juga tidak bisa mencintai-Nya, karena cinta kepada Allah memancar langsung dari pengetahuan tentang Allah. Dan sejak kapankah seorang bodoh mempunyai pengetahuan ?

Sebab kedua dari kecintaan ini adalah kecintaan manusia kepada sesuatu yang berjasa kepadanya, dan sebenarnyalah satu-satunya yang berjasa kepadanya hanyalah Allah.

Kebaikan apapun yang diterima dari sesama manusia disebabkan oleh dorongan langsung dari Allah. Motif apapun yang menggerakkan orang memberi kebaikan kepada orang lain, apakah itu keinginan memperoleh
pahala / nama baik, Allah-lah yang mempekerjakan motif itu.

Sebab ketiga adalah kecintaan yang terbangkitkan oleh perenungan tentang sifat-sifat Allah, kekuasaan dan kebijakanNya, yang jika dibandingkan dengan kesemuanya itu kekuasaan dan kebijakan manusia tidak lebih daripada cerminan-cerminan yang paling remeh.

Kecintaan ini mirip dengan cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar di masa lampau, seperti Imam Malik dan Imam Syafi'i, meskipun kita tidak pernah mengharap untuk menerima keuntungan pribadi dari mereka. Dan oleh karenanya, cinta ini merupakan jenis cinta yang lebih tak berpamrih.

Allah berfirman kepada Nabi Daud, "AbdiKu yang paling cinta kepadaKu adalah yang tidak mencariku karena takut untuk dihukum atau berharap mendapatkan pahala, tetapi hanya demi membayar hutangnya kepada KetuhananKu." Di dalam Injil tertulis: "Siapakah yang lebih kafir daripada orang yang menyembahKu karena takut neraka atau mengharapkan surga? Jika tidak Kuciptakan semuanya itu, tidak akan pantaskah Aku untuk disembah ?"

Sebab KEEMPAT dari kecintaan ini adalah "persamaan" antara manusia dan Allah.

Hal inilah yang dimaksudkan dalam sabda Nabi saw :
"Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan diri-Nya sendiri."

Lebih jauh lagi Allah telah berfirman :

"Hamba-Ku mendekat kepada-Ku sehingga Aku menjadikannya sahabat-Ku. Aku pun menjadi telinganya, matanya dan lidahnya."

Juga Allah berfirman kepada Musa as. :

"Aku pernah sakit tetapi engkau tidak menjengukku ! "

Musa as menjawab : "Ya Allah, Engkau adalah Rabb langit dan bumi; bagaimana Engkau bisa sakit?"

Allah berfirman : "Salah seorang hamba-Ku sakit; dan dengan menjenguknya berarti engkau telah mengunjungi-Ku."

Membahas “kemiripan” dalam memahami hadits ini adalah masalah yang sangat krusial dan membahayakan aqidah yang lurus. Terutama berbahaya bagi muslim yang awam atau dangkal aqidahnya. Sebab orang yang cerdas dan juga paham ilmu agama bisa saja tersandung dalam membicarakan soal ini sehingga berpaham sesat karena percaya pada Inkarnasi dan Wihdatul Wujud (persekutuan dengan Allah).

Betapa pun jauh jarak yang memisahkan mereka, manusia bisa mencintai Allah karena "persamaan" yang diisyaratkan di dalam sabda Nabi  :
"Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan diri-Nya sendiri."

Dilanjutkan ke PART 2
< billaahit taufiq wal hidayah > 

Senin, 07 Februari 2011

Presiden RII Adalah Anak Pandai Besi

 

Ia terlahir sebagai anak pandai besi di Garmsar, daerah kantong kemiskinan, dekat Tehran tahun 1956. Ia juga memegang gelar PhD dalam lalu lintas dan transportasi dari Teheran Universitas Sains dan Teknologi, di mana sampai sekarang masih menjadi dosen disamping sebagai Presiden salah satu negara yang paling keras menentang hegemoni Amerika.      
                                                                                                                           Dia tidak dikenal ketika diangkat sebagai walikota Teheran pada tahun 2003 karena dia tidak suka publisitas. Kemenangannya mengalahkan incumbent presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani tahun 2005 mengejutkan  masyarakat internasional. Dunia mulai mengenalinya sebagai pembela gigih  ulama konservatif dan aktivis Pengawal Revolusi Iran Pasdaran, beraliran garis keras yang populis. 

mahmoud_ahmadinejad_100920190607 Kemampuan retorikanya sangat kuat terbukti mampu mengimbangi tekanan Dunia Internasional (lebih tepatnya Amerika dan sekutunya) terhadap program nuklir Iran. Ia mampu membuat geram negara2 pendukung Israel dengan pandangannya            “Holocaust adalah Mithos”  dan membina kekuatan aliansi dengan Venezuela, Cuba dan negara2 yang tidak menyukai hegemoni Amerika.

Dana kampanyenya tidak banyak untuk posisi presiden tahun 2005 – namun didukung kekuatan konservatif kuat yang memanfaatkan jaringan masjid untuk memobilisasi dukungan. Dia juga mendapat dukungan dari kelompok muda revolusioner generasi kedua dikenal sebagai Abadgaran  (“Pengembang”) yang kuat pengaruhnya di Parlemen.

Kampanyenya pun berfokus pada kemiskinan, keadilan sosial dan distribusi kekayaan. Pandangannya sangat populis sampai mewarnai kehidupan pribadinya. Seorang Presiden Penantang Amerika yang benar2 hidup sederhana seperti rakyat biasa yang jauh dari kemegahan dan kemewahan sebagaimana kehidupan sederhana anak tukang besi.

Kesederhanaan Seorang Presiden : Mahmoud Ahmadinejad

image Ahmadinejad, Presiden Iran yang mencengangkan banyak orang ketika menyumbangkan karpet Istana Presiden (tentu berkualitas tinggi) ke sebuah masjid di Teheran. Dan mengganti karpet istana dengan karpet murah.

Mantan walikota Teheran itu juga menutup ruangan kedatangan tamu VIP karena dinilai terlalu besar. Ia lalu meminta sekretariat istana mengganti dengan ruangan sederhana dan mengisi dengan kursi kayu. Sekali lagi fakta yang mengesankan…!

ADRocket2 Dalam beberapa kesempatan Presiden juga bergabung dengan petugas kebersihan kota untuk membersihkan jalan di sekitar rumah dan istana Presiden.

Setiap menterinya sebelum diangkat selalu menandatangani perjanjian dengan banyak ketentuan, terutama yang ditekankan adalah agar setiap menteri tetap hidup sederhana . Seluruh rekening pribadi dan keluarganya diawasi agar mereka dan keluarganya tidak memanfaatkan keuntungan sepeser pun dari jabatannya.

Ahmadijed juga mengumumkan bahwa kemewahan terbesar dirinya adalah mobil Peogeot 504 buatan tahun 1977dan sebuah rumah kecil warisan ayahnya 40 tahun lalu yang terletak di salah satu daerah miskin di Teheran. Rekening tabungannya nol dan penghasilan yang diterima hanyalah gaji sebagai dosen sebesar kurang dari Rp 2.500.000,-. (U$ 250)

Presiden tetap tinggal di rumahnya. Satu-satunya rumah miliknya, salah satu presiden Negara terpenting di dunia secara strategi, ekonomi, politik dan tentunya minyak dan pertahanannya.

Ahmadinejad bahkan tidak mengambil gajinya sebagai presiden (yang merupakan haknya). Alasannya seluruh kekayaan adalah milik Negara dan ia hanya bertugas menjaganya.

iran-president-7.jpg

Presiden Republik Islam Iran, Mahmud Ahmadinejad  sedang menikmati makan sehari-harinya di ruang makan  Istana Presiden.

Hal lain yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa setiap hari. Isinya adalah bekal sarapan, beberapa potong roti sandwich dengan minyak zaitun dan keju. Ahmadinejad menyantap dengan nikmat makanan buatan isteri. Di saat yang sama ia menghentikan semua makanan istimewa yang biasa disediakan untuk presiden.

Ahmadinejad juga mengalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran Negara. Presien juga memilih terbang dengan pesawat kelas ekonomi.

Ahmadinejad selalu melakukan rapat dengan para menteri kabinet untuk memantau semua aktivitas. Semua menteri bisa masuk ke ruangannya tanpa harus izin. Ia juga menghapus semua acara seremonial red carpet, foto-foto dan iklan pribadi ketika mengunjungi Negara lain.

Jikalau harus menginap di hotel ia selalu memastikan untuk tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya ia tidak tidur di tempat tidur tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana dan sepotong selimut.

iran-presiden.jpg
Ahmadinejad tidur di ruang tamu setelah seharian dijaga pengawal kepresidenan. Foto ini dibuat oleh adiknya dan diterbitkan harian Wifaq yang sehari kemudian menyebar di majalah dan Koran seluruh dunia terutama Amerika Serikat.

iran-president-2.jpgSaat shalat berjamaah di masjid Presiden tidak duduk di shaf pertama.

Televisi Fox Amerika pernah bertanya pada Presiden Iran Ahmadinejad : ”Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?” Ia pun    menjawab : ”Saya melihat seseorang di  cermin dan berkata padanya ”Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggung jawab besar dan itu adalah melayani bangsa Iran”.

Ternyata kita masih bisa menemukan Pemimpin Islam yang wara’ tidak tergoda dengan harta dunia meskipun kekuasaan negara ada di tangannya. Kehidupan wara’-nya dan perhambaanya kepada Allah SWT. menjadikan ia berani menantang dunia.

Inilah contoh pemimpin yang lahir dari wanita bersahaja - menghadirkan kesederhanaan di Istana Kepresidenan. Pemimpin yang muncul bukan dari produk sistem feodal karena keturunan, atau klan keluarga penguasa tetapi dari sistem sosial yang menjunjung nilai–nilai Islam yang mulia. Masyarakat yang menjunjung tinggi para ULAMA-nya dan ajaran yang menopang kehidupan intelektual, sehingga anak_anak keluarga miskin  yang cemerlang lebih leluasa melakukan mobilisasi vertikal meraih masa depannya dan tetap menjaga kebersahajaannya. 

Kamis, 03 Februari 2011

Pemicu Keruntuhan Imperium Portugis di Tangan Mujahid Islam Maroko *

 

sultan imperium islam PORTUGIS dan Spanyol bangsa Eropa pertama yang merintis Penjelajahan, Dunia Kristen  berjuang mencari route baru ke Dunia Timur sesudah sultan kekhalifahan Turki Utsmani, Muhammad II al Fatih (30/Maret 1432 - 3/Mei 1481 M) di usia 21 tahun menaklukkan  Constantinople ibukota Bizantium (Romawi Timur)  pada tanggal 29 Mei 1453 - setelah pengepungan 57 hari -  yang membuat Eropa mengalami isolasi ekonomi dari dunia timur. Semangat perang Salib pun mengalami metamorfose dalam bentuk mencari sumber ekonomi baru (Gold), wilayah baru (Glorious) dan misi penyebaran Kristen (Gospel).

PORTUGIS menjadi imperium yang diperhitungkan dunia internasional pada awal abad ke-16. Kapal-kapal Portugis telah mendarat di Benua Baru Amerika dan kapal Eropa pertama yang menjelajahi belahan dunia lain di timur; Maluku, Malaka, Goa, Macau dan Timor Leste. Kejayaannya berkibar dan bersaing dengan bangsa Eropa lain yang juga berjuang mencari dunia baru.

Tapi hanya separuh abad usia Imperium Portugis. Nasib tragis  dialami Pasukan Portugis di Marokko Afrika Utara pada 4 Agustus 1578 M yang merontokkan kedigdayaannya tanpa pernah bisa bangkit lagi hingga kini.

pejuang mujahiddin Muslim menghadang kafir salib Battle at Ksar el Kebir, depicting the encirclement of the Portuguese army on the left. (sumber : Ksar el Kebir>Wikipedia - The Battle of Three Kings )

Pemicu yang melemahkan kekuatan dan melenyapkan Imperium Portugis adalah The Battle of Ksar El Kebir (Arabic: معركة القصر الكبير‎), juga dikenal sebagai Battle of Three Kings (Arabic: معركة الملوك الثلاث‎) atau di Marokko dikenal sebagai "Battle of Oued El Makhazeen" ( معركة وادي المخازن‎) dan di Portugal lebih dikenal sebagai batalha de Alcácer-Quibir adalah Pertempuran Besar dan Utama yang berjalan sangat singkat (4 jam 20 menit) pada tanggal 4 August 1578 di Marokko utara, dekat kota Ksar-el-Kebir yang terletak diantara kota Tangier and Fez.

peta posisi pasukan islam dan kafir kristen

The Battle of Three Kings di Alcácer-Quibir menjadi kenangan terpahit dalam sejarah petualangan Portugis yang ingin menjajah Maroko, Afrika Utara. Bahkan dalam  Ensiklopedia Wikipedia  ten-tang sejarah Imperium Portu-gis (Portuguese Empire), peristiwa sebesar ini tidak  disinggung sedikit pun sebab sudah menjadi aib besar takluk di tangan mujahiddin (pejuang Muslim).

Bayangkan Sebanyak 40.000 Mujahiddin (pejuang Islam) berhasil menghancurkan 125.000 pasukan Portugis dan sekutunya yang mengagresi kesultanan Marokko. Lebih dari 100.000 mati dan hanya 100-an orang lolos menuju pantai dan 16.000 ditawan. Inilah bukti nyata pertolongan Allah.

Geopolitik Wilayah Mediterania (Laut Tengah)

Pada tahun 1578, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah pada puncak kejayaan di bawah Sultan Sulaiman Qonuni. Wilayahnya meliputi Turki saat ini hingga di perbatasan Hungaria di sebelah barat, Timur Tengah (Syiria hingga Hijaz), Mesir dan seluruh wilayah Afrika Utara minus Maghrib (Maroko). Laut Tengah berada dalam hegemoni Utsmaniyah. Terjalin pula persekutuan erat dengan Perancis sehingga Eropa pun terpecah belah, namun memiliki semangat yang sama, penjelajahan dan penaklukkan dunia baru.

Persaingan penjelajahan dan penaklukkan dunia baru berlangsung begitu cepat dan dipenuhi pertumpahan darah. Kapal-kapal Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan Italia melanglang buana sejak penemuan Amerika oleh Colombus tahun 1492 M dan penemuan ladang emas Inca-Maya oleh Cortez dan untuk itu dilakukan  pembantaian bangsa Inca-Maya.

Tahun 1578, di Maroko terjadi konflik kekuasaan antara Abu Abdullah Muhammad Mutawakkil as-Sa’di dengan pamannya, Amir Abdul Malik. Setelah kalah oleh sang paman, as-Sa’di lantas meminta bantuan kepada raja Portugis, Sebastian, untuk mengalahkan Abdul Malik yang beraliansi dengan Turki Utsmani yang saat itu dipimpin Sultan Sulaiman al-Qonuni.

Permintaan itu dengan senang hati diterima oleh Sebastian yang juga memiliki misi penaklukan negeri muslim di Afrika Utara. Didorong fanatisme Katolik, perluasan imperium dan semangat perang salib, datanglah Sebastian bersama sukarelawan Spanyol, tentara bayaran dari Jerman, Italia serta tokoh Inggris berpengaruh, Thomas Stukley. Sejumlah 500 kapal dipergunakan untuk menyeberangkan pasukan Portugis ke Maroko dengan jumlah pasukan 23.000 (sumber Barat), sementara sejarawan muslimin menyebutkan pasukan musuh sejumlah 125.000 orang.

Pengkerucutan jumlah pasukan biasa dilakukan sejarawan Barat untuk membuat pemakluman atas kekalahannya. Untuk besar jumlah pasukan muslimin, baik sumber Barat maupun muslimin menyebutkan jumlah yang sama, yakni 40.000 orang, yang terdiri dari 35.000 pasukan Abdul Malik dan 5.000 pasukan bantuan Utsmaniyah.

Menjelang Pertempuran Tiga Raja

Pasukan Portugis mendarat tanggal 24 Juni 1578 di Arzila, Maroko. Seruan jihad segera berkumandang di seluruh penjuru Maroko,  “Pergilah kalian ke Wadil Makhazin untuk berjihad di jalan Allah!”                                        Maka berdatanganlah dari seluruh Maroko para mujahidin dan dipimpin amir Abdul Malik al-Mu’tashim Billah siap menghadapi penyerang.

As-Sa’di pun melancarkan perang opini dan fatwa untuk memecah belah muslimin melalui suratkepada penduduk Maroko yang berbunyi,                  “Saya tidak pernah meminta bantuan kepada orang2 Kristen, kecuali saat tidak dapat bantuan lagi dari muslimin. Bukankah para ulama mengatakan, ‘Boleh saja bagi manusia meminta bantuan pada siapa saja atas orang yang merampas haknya dengan semua cara yang bisa dia lakukan.’                                                                                               Dengarkanlah ancaman Allah, “Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (al-Baqarah : 279).”

Opini as-Sa’di segera mendapat jawaban keras dari ulama-ulama Maroko, setelah pembukaan surat tahmid dan sholawat,
“… Adapun perkataanmu bahwa kau kembali kepada mereka tatkala tidak ada lagi pertolongan dari muslimin, maka di dalamnya ada larangan yang akan mendatangkan kemurkaan Rabb-Mu.

Salah satunya adalah karena engkau meyakini bahwa sesungguhnya semua kaum muslimin berada dalam kesesatan, dan sesungguhnya kebenaran tidak bisa ditegakkan kecuali dengan bantuan orang2 Kristen. Kita berlindung kepada Allah.                                                                    Kedua, sesungguhnya kamu meminta pertolongan kepada orang2 kafir untuk memerangi muslimin.
Padahal Rasululllah bersabda, “Sesungguhnya saya tidak pernah meminta pertolongan pada orang-orang yang menyekutukan Allah.”

Engkau sendiri telah membanggakan diri dalam suratmu bersama gerombolan orang2 Romawi yang kini berada bersamamu. Dan kau merasa terangkat dengan datangnya raja itu dengan tentaranya. Lalu bagaimana posisimu dengan firman Allah berikut,
“Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.” (At-Taubah : 32)

Amir Abdul Malik juga mengirimkan surat kepada raja Portugis Sebastian,   “Sesungguhnya pengaruhmu telah nampak sejak engkau pertama kali keluar dari negerimu, sedangkan engkau membawa permusuhan. Maka janganlah engkau bergerak dulu sebelum kami datang kepadamu. Jika itu engkau lakukan, maka engkau benar2 seorang Kristen  pemberani.  Dan jika tidak, maka engkau tidak lebih dari anak anjing. Bukanlah sikap pemberani dan bukan pula ksatria jika seseorang datang pada penduduk yang tidak terlindungi dan dia tidak menanti orang2 yang siap perang.”

Surat ini membuat marah Sebastian namun berhasil membuatnya memutuskan untuk menunggu meskipun penasihat dan komandan perangnya meminta untuk tetap segera melakukan pendudukan. Strategi Abdul Malik berhasil.

Bertemulah 125.000 pasukan Portugis dan 40.000 pasukan muslimin di sebuah daerah yang bernama Istana Besar (Ksar al-Kabir), lebih 100 km di sebelah selatan Tangier dan 20 km jauhnya dari pantai. Kecerdasan taktik Abdul Malik berhasil memancing dan mengisolasi pasukan Sebastian dari pasukan artileri armada kapalnya di pantai. Pasukan kavaleri juga dikirimkan untuk menghancurkan jembatan di belakang Sebastian sehingga memutus jalur bantuan dan pelarian musuh.

Abdul Malik mengatur meriam artileri di bagian depan kemudian pasukan infantri dan pemanah di tengah memanjang serta kavaleri kudanya di sayap kanan dan kiri. Sebenarnya Abdul Malik menderita sakit parah, namun semangat jihadnya yang menggelora membuatnya tegar.
“Sejak kapan seseorang yang sakit mendapat pengecualian dalam jihad di jalan Allah?” Jawabnya ketika diminta tidak terjun di medan perang.

D-Day Hari Bersejarah

Senin 30 Jumadil Akhir 986 H atau 4 Agustus 1578 M menjadi hari bersejarah, baik bagi Portugis maupun Maroko dan khususnya dunia Islam. Pagi itu Sultan Abdul Malik berdiri di depan pasukannya menyampaikan khutbah jihad menjelang perang.

Ia membacakan ayat_ayat Allah yang menggelorakan jihad,                       Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar2 Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(al-Hajj : 40).
Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(al-Anfal : 10).
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).(al-Anfal : 15).

Sultan Abdul Malik terus membakar semangat muslimin untuk mati syahid. Di seberang mereka pun para kardinal Portugis melakukan hal yang sama, membakar semangat pasukannya yang dipimpin Raja Sebastian. Pasukan Portugis menjadikan perang ini sebagai bagian dari Perang Salib.

Perang ditandai dengan 10 letusan meriam dari kedua belah pihak. Takbir menggema dari pasukan Islam menggetarkan siapa pun yang mendengar. Majulah kedua pasukan saling merangsek.

Sultan Abdul Malik maju di barisan depan menyerang pasukan tengah musuh. Namun penyakit yang parah membuatnya harus dibawa kembali ke tenda. Di tenda ia hanya ditemani saudaranya Ahmad al-Manshur serta pengawalnya Ridwan al-Alaj, Sultan memberikan intruksi perang dan meminta kematiannya disembunyikan dari mujahidin hingga akhirnya Sultan Abdul Malik pun wafat.

Gelora jihad disertai taktik perang jitu berhasil menekan pasukan Sebastian baik di barisan tengah maupun sayap. Pasukan Islam Marokko dibantu 5.000 pasukan kavaleri elit Janisari Utsmaniyah merupakan momok menakutkan bagi Eropa, berhasil menggulung pasukan sayap Portugis. Seluruh pasukan Portugis lari mundur ke jembatan Sungai Wadil Makhazin.

Sayangnya jembatan harapan itu telah dihancurkan, aroma kematian pun menghinggapi pasukan Kristen Portugis, banyak yang mati tercebur ke sungai, termasuk as-Sa’di dan Sebastian yang mayatnya tidak pernah ditemukan, sisanya tertawan dan terbunuh. Pertempuran besar ini hanya berlangsung Selama 4 jam 20 menit, Allah menunjukkan pertolongan-Nya dengan menghinakan pasukan Portugis di negeri muslimin.

Sesudah perang Besar ini, naiklah Ahmad al-Manshur sebagai Sultan menggantikan saudaranya. Kabar kemenangan segera tersebar di seluruh negeri muslim dan disambut dengan suka cita. Wibawa muslim khususnya Maroko meningkat sehingga datanglah utusan-utusan dari berbagai negeri Eropa mengirimkan hadiah dan hubungan dagang.

Di sisi lain, sejarah Portugis mulai memasuki masa kegelapan yang sangat panjang. Imperiumnya mulai runtuh dan dicaplok oleh negara2 Eropa lain, hanya wilayah kecil tersisa Timor Leste. Kerajaan Portugis sendiri akhirnya dikuasai Spanyol selama berabad-abad.

Allah Azza wa Jalla membuktikan pertolongan-Nya dalam Perang Istana Besar hingga terusir pasukan kristen yang hendak menjajah negeri muslim. Allah mengilhamkan kemampuan strategi dan taktik cerdas kepada Sultan Abdul Malik sehingga musuh yang tiga kali lipat jumlahnya dapat dihancurkan total. Semoga menjadi ilham bagi perjuang Islam di seluruh dunia.[www.hidayatullah.com]

Review Sejarah :

ALLAH swt. telah mempergilirkan pasang-surut semua peradaban dan sejarah semua bangsa tanpa pengecualian. Keadilan dan kasih sayang Allah meliputi keseluruhan umat manusia, baik mereka yang beriman maupun kafir atau pagan. 

Kita dapat mereview sejarah dan peradaban Babilonia, China – Tiongkok, Mesir, Persia, Macedonia – Yunani, Romawi, Sejarah Perluasan Wilayah Islam dan Kehancuran fatal kota paling maju peradabannya (bagdad) oleh serangan suku bangsa Mongolia dipimpin Hulaghu Khan. Sementara daulah Islam di Spanyol (Andalusia) mulai menuju kehancuran. Dan seiring dengan kemunduran peradaban dan hilangnya wilayah Islam di Spanyol  Eropa Barat mulai bangkit menjelajah Dunia Baru yang menjadikan peradaban mereka paling tinggi hingga sekarang.

Sumber :
1). Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyyah oleh Ali Muhammad As  Shalabi.
2).  www.wikipedia.org, Battle of Three Kings.

Sabtu, 08 Januari 2011

Bagaimanakah Cara Meraih Kebahagiaan ? ( Bagian 2)

 

Berikut ini script dialog bersumber dari rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com. Kisah seorang Profesor Senior wanita Yahudi dari New York University untuk menemukan Kebahagian Sejati dalam pelukan Islam. Setelah 3 tahun melakukan penelitian intensif  kehidupan masyarakat Afghanistan – Pakistan yang menderita akibat selalu di landa perang sejak tahun 1979 dan kemiskinan hingga saat ini. 

Penderitaan Mereka adalah Inspirasi Hidayah

Tuesday, 27 April 2010 17:54

Profesor beragama asli Yahudi ini mengaku takjub melihat kehidupan orang Pakistan dan Afghan. Ketakjuban membawanya menuju Islam.

Oleh: M. Syamsi Ali
clip_image001DUA minggu lalu, selepas Jumat saya menemukan secarik kertas di atas meja kantor saya di Islamic Cultural Center of New York. Isinya kira-kira berbunyi, “I have been trying to reach you but never had a good luck! Would you please call me back? Karen.”

Berhubung karena berbagai kesibukan lainnya, saya menunda menelepon balik Karen hingga dua hari lalu. “Oh! thank you so much for getting back to me!” jawabnya ketika saya perkenalkan diri dari Islamic Center of New York. “I am really sorry for delaying to call you back,” kataku, sambil menanyakan siapa dan apa latar belakang sang penelpon.

“Hi, I am sorry! My name is Karen Henderson, and I am a professor at the NYU (New York University),” katanya.
“And so what I can do for you?”  tanyaku. Dia lalu menanyakan jika saya ada beberapa menit untuk berbicara lewat telepon. “Yes, certainly I have, just for you, professor!" candaku. "Oh ... that is so kind of you ! ” jawabnya.

Karen kemudian bercerita panjang mengenai dirinya, latar belakang keluarganya, profesinya, dan bahkan status sosialnya.
“Saya adalah seorang professor yang mengajar sosiologi di New York University,” demikian dia memulai. Namun menurutnya lagi, sebagai sosiolog, dia tidak saja mengajar di universitas tapi juga melakukan berbagai penelitian di berbagai tempat, termasuk luar negeri.

Karen sudah pernah mengunjungi banyak negara untuk tujuan penelitiannya, termasuk dua negara yang justru disebutnya sebagai sumber inspirasi. Yaitu Pakistan dan Afghanistan.
"Saya menghabiskan lebih dari 3 tahun di negara ini, sebagian besar di desa-desa," katanya. "Selama tiga tahun, saya punya banyak kenangan tentang orang-orang. Mereka sangat menakjubkan," lanjutnya.

Tidak terasa Karen berbicara di telepon hampir 20 menit. Sementara saya hanya mendengarkan dengan serius dan tanpa menyela sekalipun. Selain itu Karen berbicara dengan sangat menarik, informatif, dan disampaikan dalam bahasa yang jelas, membuat saya lebih tertarik mendengar. Mungkin karena dia adalah seorang professor, jadi dalam berbicara dia sangat sistematis dan eloquent.

"Karen, itu adalah cerita yang sangat menarik. Saya yakin apa yang Anda lakukan seperti pengalamanku juga. Saya tinggal di Pakistan 7 tahun, dan memiliki kesempatan untuk mengunjungi banyak daerah-daerah yang tidak Anda sebutkan, " kataku.
"Tapi apa kau ingin menceritakan cerita ini?" tanyaku Lagi.

Nampaknya Karena menarik napas, lalu menjawab. Tapi kali ini dengan suara lembut dan agak lamban.
"Sir, saya ingin tahu Islam lebih lanjut, agama orang-orang ini. Mereka adalah orang-orang manis, dan saya pikir saya telah terinspirasi oleh mereka dalam banyak hal, " katanya.

Tapi karena waktu yang tidak terlalu mengizinkan untuk saya banyak berbicara lewat telepon, saya meminta Karen untuk datang ke Islamic Center keesokan harinya, Sabtu lalu. Dia pun menyetujui dan disepakatilah pukul 1:30 siang, persis jam ketika saya mengajar di kelas khusus non-muslim, Islamic Forum for non-Muslims.

Keesokan harinya, Sabtu, saya tiba agak telat. Sekitar pukul 12 siang saya tiba, dan pihak security menyampaikan bahwa dari tadi ada seorang wanita menunggu saya. “She is the mosque.” (maksudnya di ruang shalat wanita). Saya segera meminta security untuk memanggil wanita tersebut ke kantor untuk menemui saya.

Tak lama kemudian datanglah seorang wanita dengan pakaian ala Asia Selatan (India Pakistan). Sepasang shalwar dan gamiz, lengkap dengan penutup kepala ala kerudung Benazir Bhutto.
Hi, sorry for coming earlier! I can wait at the mosque, if you are still busy with other things,” kata wanita baya umur 40-an tahun itu. Dia jelas Amerika berkulit putih, kemungkinan keturunan Jerman.

Not at all, professor! I am free for you,” jawabku sambil tersenyum.
“Silakan duduk dulu, aku pamit sekitar lima menit," mintaku untuk sekedar melihat-lihat weekend school program hari itu.
Setelah selesai melihat-lihat beberapa kelas pada hari itu, saya kembali ke kantor. “I am sorry Professor!” sapaku.

“Please do call me by name, Karen!” pintanya sambil tersenyum.

“You know, saya lebih senang memanggil seseorang penuh penghormatan. Dan aku benar-benar tak tahu bagaimana harus memanggil Anda,” kataku. "Di sejumlah negara, orang suka dikenal dengan gelar profesional mereka. Tapi aku tahu, di  Amerika tidak,” lanjutku sambil ketawa kecil.

Kita kemudian hanyut dalam pembicaraan dalam berbagai hal, mulai dari isu hangat tentang kartun Nabi Muhammad SAW di sebuah komedi kartun Amerika, hingga kepada asal usul Karen itu sendiri.

“Saya adalah seorang kelahiran Yahudi. Orangtua saya orang Yahudi, tetapi Anda tahu, terutama ayahku, dia tidak percaya pada agama lagi,”
Bahkan menurutnya, ayahnya itu seringkali menilai konsep tuhan sebagai sekedar alat repression (menekan) sepanjang sejarah manusia.

Namun menurut Karen, walaupun tidak percaya agama dan mengaku tidak percaya tuhan, ayahnya masih juga merayakan hari-hari besar Yahudi, seperti Hanukkah, Sabbath, dll.
“Perayaan ini, sebagai orang Yahudi kebanyakan, tidak lebih dari warisan tradisi,  “ jelasnya. "Yudaisme adalah saya pikir bukan agama, dalam arti lebih tentang budaya dan keluarga, “ tambahnya.

Dalam hatiku saya mengatakan semua itu bukan baru bagi saya. Sekitar 60 persen lebih Yahudi Amerika Serikat adalah dari kalangan sekte ‘reform’ (pembaharu). Mereka ini ternyata telah melakukan reformasi mendasar dalam agama mereka, termasuk dalam hal-hal akidah atau keyakinan.

“Sekte reform” misalnya, sama sekali tidak percaya lagi kepada kehidupan akhirat. Saya masih teringat dalam sebuah diskusi di gereja Marble Collegiate tahun lalu tentang konsep kehidupan.
Pembicaranya adalah saya dan seorang Pastor dan Rabbi dari Central Synagogue Manhattan. Ketika kita telah sampai kepada isu hari Akhirat, Rabbi tersebut mengaku tidak percaya.

Tiba-tiba seorang hadirin yang juga murid muallaf saya keturunan Rusia berdiri dan bertanya, “Jadi, jika Anda tidak percaya pada kehidupan setelah kematian, mengapa Anda harus pergi ke rumah ibadat, mengenakan yarmukka, memberi amal, dll? Mengapa Anda merasa perlu bersikap jujur, bermanfaat untuk orang lain? Dan mengapa kita harus menghindari hal-hal yang harus kita hindari? " begitu pertanyaannya.

Sang Rabbi hanya tersenyum dan menjawab singkat, “Kami melakukan semua karena apa yang harus kita lakukan,” ujarnya.  Mendengar jawaban sang Rabbi, semua hadirin hanya tersenyum, dan bahkan banyak yang tertawa.

Kembali ke Karen, kami hanyut dalam dialog konsep kebahagiaan. Menurutnya, sebagai sosiolog, dia telah melakukan banyak penelitian dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya. Pernah ke Amerika Latin, Afrika, Eropa, dan juga Asia , termasuk Asia Selatan.

"Tapi satu hal yang harus aku ceritakan padamu, orang-orang Pakistan dan Afghan adalah orang-orang sangat menakjubkan,” katanya mengenang.
"Apa yang membuat Anda benar-benar heran tentang mereka,” tanyaku.       

“Banyak, religiusitas mereka. Antara lain komitmen mereka terhadap agama. Tapi saya rasa yang paling menakjubkan tentang mereka adalah kekuatan mereka, dan bertahan lama di alam dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
"Aku heran bagaimana orang-orang ini begitu kuat dan tampak bahagia meski kehidupan yang sangat menantang.”

Saya tidak pernah menyangka kalau Karen tiba-tiba meneteskan airmata di tengah-tengah pembicaraan kami. Dia seorang professor yang senior, walau masih belia dalam umur. Tapi juga pengalamannya yang luar biasa, menjadikan saya lebih banyak mendengar.

Di tengah-tengah membicarakan ‘kesulitan hidup’ orang-orang Afghanistan dan Pakistan, khususnya di daerah pegunungan-pegunungan, dia meneteskan airmata tapi sambil melemparkan senyum. “I am sorry, saya sangat emosional dengan kisah ini,” katanya.

Segera saya ambil kendali. Saya bercerita tentang konsep kebahagiaan menurut ajaran Islam. Bahkan berbicara panjang lebar tentang kehidupan dunia sementara, dan bagaimana Islam mengajarkan kehidupan akhirat itu sendiri. 

"Tidak peduli bagaimana Anda menjalani hidup Anda di sini, itu adalah sementara dan tidak memuaskan. Harus ada beberapa tempat, kadang di mana kita akan hidup kekal, di mana semua mimpi dan harapan akan terpenuhi, " jelasku. “Keyakinan ini memberi kita kekuatan besar dan tekad untuk menjalani hidup kita sepenuhnya, tidak peduli bagaimana situasi dapat mengelilingi kehidupan itu sendiri,” jelasku.

Tanpa terasa adzan Dhuhur dikumandangkan. Saya pun segera berhenti berbicara. Nampaknya Karen paham bahwa ketika adzan didengarkan, maka kita seharusnya mendengarkan dan menjawab. Mungkin dia sendiri tidak paham apa yang seharusnya diucapkan, tapi dia tersenyum ketika saya meminta maaf berhenti berbicara.

Setelah adzan, saya melanjutkan sedikit, lalu saya tanya kepada Karen, "Jadi, apa yang benar-benar membuat Anda menelepon saya?”

"Saya ingin memberitahu Anda bahwa pikiran saya terus-menerus mengingat orang-orang itu. Memori saya mengingatkan saya tentang bagaimana mereka bahagia, sementara kita, di Amerika hidup dalam keadaan mewah, tapi penuh kekurangan kebahagiaan,” ujarnya seolah bernada marah.

"Tapi kenapa kau harus datang dan membicarakan dengan saya?" pancingku lagi.

Karen merubah posisi duduknya, tapi nampak sangat serius lalu berkata. "Aku sudah memikirkan ini untuk waktu yang cukup lama. Tapi aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana untuk melanjutkan itu. Aku ingin menjadi seorang muslim,” ujarnya mantap.

Saya segera menjelaskan bahwa untuk menjadi muslim itu sebenarnya sangat mudah. Yang susah adalah proses menemukan hidayah. Jadi nampaknya Anda sudah melalui proses itu, dan kini sudah menuju kepada jenjang akhir. 
"Pertanyaan saya adalah apakah Anda benar-benar yakin bahwa ini adalah agama yang Anda yakini sebagai kebenaran, “ kataku.

"Ya, tentu tidak diragukan lagi!" Jawabnya tegas.
Saya segera memanggil salah seorang guru weekend school wanita untuk mengajarkan kepada Karen mengambil wudhu. Ternyata dia sudah bisa wudhu dan shalat, hanya belum hafal bacaan-bacaan shalat tersebut.

Selepas shalat Dhuhur, Karen saya tuntun melafalkan, “Asy-hadu an laa ilaaha illa Allah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah” dengan penuh khusyu’ dan diikuti pekikan takbir ratusan jamaah yang hadir.
Hanya doa yang menyertai, semoga Karen Henderson dijaga dan dikuatkan dalam iman, tumbuh menjadi pejuang Islam di bidangnya sebagai profesor ilmu-ilmu sosial di salah satu universitas bergengsi di AS. Amin! [New York, 26 April 2010/www.hidayatullah.com]


clip_image002Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York dan penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com 

Selesai 
< billaahit taufiq wal hidayah >

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More