Takaful adalah perusahaan asuransi pertama di Indonesia yang sepenuhnya beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Bersama ini kami menawarkan :
Hormat kami, PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM
Yusuf Zulkarnain Marketing Division
00.32
yusufzul
Produk Takaful yang mengganti kerugian atas kerusakan atau kehilangan bangunan yang disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, sambaran petir, peledakan dan asap.
Jaminan pertanggungan diberikan pada harta benda berupa bangunan rumah atau gedung sekolah, kantor, hotel, rumahsakit, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan, perlengkapan, furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain).
Risiko-risiko yang dijamin di dalam polis Asuransi Kebakaran terdiri dari 2 (dua) bagian besar yaitu :
A. Jaminan Standar sesuai Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia
B. Jaminan Tambahan atau Perluasan
A. Jaminan Standar
- Fire (Kebakaran) : Kebakaran yang ditimbulkan oleh api sendiri, akibat kurang hati-hati, kesalahan pelayan sendiri, tetangga, perampok, ataupun sebab lainnya.
- Lightning (Petir) : Kerusakan dan/atau kerugian terhadap harta benda yang dipertanggungjawabkan akibat tersambar petir.
- Explotion (Peledakan) : Segala macam ledakan terkecuali ledakan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh tenaga nuklir
- Aircraft (Kejatuhan Pesawat Terbang) : Kerusakan dan/atau kerugian atas harta benda yang dipertanggungkan akibat Kejatuhan Pesawat Terbang atu Benda-benda yang jatuh dari Pesawat Terbang.
- Smoke (Asap) : Asap yang berasal dari harta benda dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan pada polis atau polis lain yang berjalan serangkai dengan polis ini untuk peserta yang sama.
B. Jaminan Tambahan atau Perluasan
Dengan tambahan Premi, maka jaminan Standard Asuransi Kebakaran Indonesia dapat diperluas dengan jaminan tambahan yang diinginkan.
Jaminan Terhadap Kerusakan Akibat :
- – Kerusuhan, pemogokan & perbuatan jahat (4.1A/2007 – endorsemen
kerusuhan)
- – Tertabrak Kendaraan
- – Kerusuhan, pemogokan danperbuatan jahat + huruhara (4.1BB/2007 - endorsment huruhara)
- – Banjir, topan, badai kerusakan karena air (4.3)
- – Pembersihan puing-puing (4.4)
- – Tanah longsor (4.10)
- – Arus pendek(4.12), menjamin obyek penyebab terjadinya arus pendek
- – Terbakar sendiri (4.13)
- – Biaya-biaya Pembersihan Puing
Objek Pertanggungan : Objek Pertanggungan untuk jenis Asuransi Kebakaran ini adalah segala jenis Bangunan dengan segala macam kegunaan (okupasi), dan atau isinya (di luar harga tanah).
Tertanggung : Yang dapat menjadi tertanggung dalam polis Asuransi Kebakaran adalah:
- – Setiap orang pemilik Bangunan dan atau isinya.
- – Bank atau Lembaga Keuangan lain yang memberikan dana untuk
pembelian dan bangunan dimaksud dijadikan agunannya.
Informasi yang Diperlukan Penutupan Asuransi Kebakaran :
- – Fungsi atau kegunaan bangunan
- – Lokasi atau letak bangunan
- – Nilai Bangunan dan isi dalam bangunan
- – Kondisi lingkungan sekitar letak bangunan (kiri, kanan, depan
maupun belakang dari bangunan itu)
- – Komponen pembentukan dari bangunan (seperti atap, dinding,
lantai, tiang, tangga, rangka dan lain-lain)
- – Informasi lain terkait dengan kepemilikan bangunan tersebut
Prosedur Umum Klaim :
- 1. Memberikan laporan melalui telepon 1x 24 jam, disusulkan dengan
laporan tertulis serta melengkapi dokumen pendukung
- 2. Surat pengajuan klaim
- 3 Estimasi klaim yang diajukan.
- Bila diperlukan Perusahaan Asuransi akan menunjuk "Lost Adjusters" untuk melakukan penelitian dan perhitungan kerugian.
Risiko-risiko umum yang dikecualikan, adalah kerugian/ kerusakan akibat :
- – Pencurian dan sejenisnya
- – Kesengajaan dan sejenisnya
- – Kebakaran hutan dan sejenisnya
- – Akibat bahan peledak dan sejenisnya
- – Nuklir, radioaktif dan sejenisnya
- – Kehilangan keuntungan (business interuption) dan sejenisnya
- – Perang, invasi, tindakan musuh asing dan sejenisnya
Risiko_risiko khusus yang dikecualikan, adalah kerugian / kerusakan akibat ;
- – Kerusuhan, huruhara, pemogokan kerja, pembangkitan rakyat,
terorisme & sabotase dan sejenisnya
- – Banjir, topan, badai dan kerusakan karena air
- – Gempa bumi, gunung meletus dan tsunami
- – Tanah longsor
- – Tertabrak kendaraan dan asap industri
- – Pembersihan puing-puing (removal of debris)
Harta Benda/kepentingan yang dikecualikan, adalah :
– Api atau panas yang timbul sendiri atau karena sifat barang itu sendiri
– Penyebab hubungan arus pendek
– Barang milik pihak lain yang disimpan atas dasar percaya/komisi
– Kendaraan/alat transportasi (kecuali dirinci pada ikhtisar polis)
– Logam mulia, emas, permata dan sejenisnya
– Barang antik/seni dan sejenisnya
– Naskah, desain, gambar, pola dan sejenisnya
– Dokumen, surat2 berharga, meterai dan sejenisnya
– Sotware, chip dan sejenisnya
– Pondasi, basement, pagar Pohon, hewan dan sejenisnya
– Tanah, saluran air, waduk, jalan, jembatan, galangan dan sejenisnya
18.38
yusufzul
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang Jika anak dibesarkan dengan Celaan, Dia belajar Memaki Jika anak dibesarkan dengan Permusuhan, Dia belajar Berkelahi Jika anak dibesarkan dengan Cemohan, Dia belajar Rendah Diri Jika anak dibesarkan dengan Penghinaan, Dia belajar Menyesali Diri Jika anak dibesarkan dengan Kebohongan, Dia belajar Mendustai Diri Jika anak dibesarkan dengan Ketakutan, Dia belajar Berkecil Hati Jika dibesarkan dengan Kesombongan, Ia belajar Membual dan Tinggi Hati Jika anak dibesarkan dengan Toleransi, Dia belajar Menahan Diri Jika anak dibesarkan dengan Dorongan, Dia belajar Percaya Diri Jika anak dibesarkan dengan Pujian, Dia belajar Menghargai Jika dibesarkan dengan Sebaik-baik Perlakuan, Dia belajar Keadilan Jika dibesarkan dengan Dukungan, Dia belajar Menyenangi Diri Jika dibesarkan dengan Rasa Aman, Dia belajar Menaruh Kepercayaan Jika dibesarkan dengan Memberi Kepercayaan, Ia belajar Mandiri dan Bertanggung Jawab Jika dibesarkan dengan Kasih Sayang dan Persahabatan, Ia belajar Memberi dan Rasa Empathy < So Be Good > Pok ame-amee, Belalang kupu-kupu Tepuk tangan adiek lah pandai Diupah air susu Susu kental manis, Santan kelapa muda Tersenyumlah adiek yang manis Ayah bunda pun tertawa.
18.03
yusufzul
Saya mencemaskan anak saya. Anak pertama lahir setelah 7 tahun pernikahan. tersemat di Akta Kelahirannya nama Najwa Dzikrina Istighfarah binti Zulkarnain (5 tahun) disusul Abdillah Tanjung (3 tahun). Dua orang beradik-kakak ini menjadi lubuk curahan hati ayah-bundanya. Najwa pun sudah di Pre-School dan ini yang menjadi sumber keresahan saya sebab tahun depan memasuki Elementary School. Alamak! Sekolah-sekolah yang ditawarkan kepada kami biaya masuknya mahal.
Saya pun termangu dan mulai membandingkan sekolah saya di SD Negeri tahun 1970-an dengan kondisi belasan tahun terakhir. Dahulu teman sepermainan saya, anak tukang cuci, dengan sistem pendidikan saat itu memungkinkan dia meraih gelar master dan status sosial terhormat sekarang ini. Banyak anak buruh atau petani miskin di pedesaan pulau Jawa namun anaknya mampu kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Salah satu teman kuliah saya seangkatan di Fakultas Ekonomi UGM di pertengahan tahun 1980-an adalah anak petani miskin di Bantul Yogyakarta namun bisa membiayai kuliahnya dari pekerjaan mengayuh becak. Maka ada peluang terjadinya Mobilitas Sosial Vertikal.
Apa nak jadi, sekolah Indonesia sarat dengan biaya dan memasuki pusaran 'Kapitalisme-Pendidikan' sebagai implikasi kebijakan negara yang tunduk mengikuti intervensi dan tekanan kekuatan-kekuatan Asing melalui para menir IMF dan Bank Dunia dengan advise-nya KURANGI SUBSIDI di semua lini pembangunan sehingga negara tidak berdaya lagi memberdayakan rakyatnya. Maka terjadilah proses pemiskinan struktural - orang tetap melarat karena dia miskin dan tidak ada akses modal pinjaman lagi - tidak ada lagi BUUD (Badan Usaha Unit Desa) dan KUD (Kredit Usaha Tani ) untuk mengentaskan petani miskin. Dunia pendidikan pun semakin tertutup aksesnya bagi penduduk miskin karena subsidi tidak lagi mencukupi anggaran pendidikan nasional.
Yang tertinggal hanya indahnya romantisme sejarah masa lalu. Dimana sebelum pukul 07.00 pagi anak-anak miskin tanpa alas kaki, celana pendek dan baju beragam (belum ada wajib seragam) penuh semangat berangkat ke sekolah dengan buku-buku paket yang setahun penuh boleh dibawa pulang. Mereka pun lantang menceritakan cita-cita setinggi-tingginya di depan kelas dan berani pula untuk bermimpi tentang masa depannya. (Murid SD pada tahun 1970-an diperbolehkan tidak beralas kaki terutama di pedesaan, saya sendiri meskipun tinggal di kota Yogyakarta baru mulai bersepatu di bangku kelas 5 atau naik ke kelas 6).
Sebenarnya bukan biaya pendidikan yang menakutkan saya tetapi sistem pendidikan yang TERLALU 'Intelektualistis' yang menjadi mimpi buruk saya. Hal ini mulai dirasakan di tingkat Dasar hingga Menengah-Atas. Pada tingkat Diploma dan Sarjana pun tidak jauh berbeda ditambah kurikulum yang terlalu Job-Oriented. Motif kuliah di Univeritas yang paling dominan dipastikan untuk menjadi orang kaya maka akan terjadi mobilitas vertikal dari Masyarakat Kelas Bawah ke Masyarakat Menengah - Atas. Tujuan mengubah nasib melalui jalur pendidikan memang tidak salah tetapi hampir tidak ada orang menuntut ilmu (bersekolah) karena kecintaan kepada ilmu itu sendiri, apalagi pada sistem pendidikan kapitalistik.
Kondisi sebaliknya justru terjadi pada institusi pendidikan Islam yang dituduh 'Terlalu Transedental' atau 'Terlalu Spiritualistis'. Dengan menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan atau semakin mendalam materi ajaran Islam maka akan semakin sukar dipahami pikiran atau bahkan dianggap diluar pengertian dan pengalaman manusia biasa. Ujung-ujungnya nampak tidak rasional dan tidak memiliki link dengan dengan kehidupan modern.
Sesungguhnya pendidikan dalam Islam tidak mengenal dikotomi seperti itu - tidak ada pemisahan urusan dunia dan masalah spiritual. Pengajaran Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak melulu intelektualistik yang menghasilkan kepribadian Rasional, Pragmatis dan serba praktis dan tidak pula melulu spiritualistik yang terlalu asyik dengan ritual ibadah.
Islam memiliki pengajaran sangat unik, konsep pendidikannya sangat menekankan ILMU dan ilmu dalam Islam berdimensi IMAN dan AMAL. Sebab itulah Konsep Pendidikan Islam sangat menuntut pemahaman tentang 2 hal : (1) Bagaimanakah kedudukan IMAN, ILMU dan AMAL dalam jiwa manusia, kemudian (2) Bagaimanakah cara menanamkan itu semua ke dalam jiwa manusia.
Saat ini saya sangat kesulitan menemukan tempat pendidikan anak dengan visi seperti itu di sekitar kediaman saya, SD Islam Terpadu yang ada terlalu mahal dan ikut pusaran arus intelektualistik. Sering pula SD dengan label SDIT ini untuk menarik peminat mencantumkan Iman-Ilmu-Amal atau membentuk generasi Rabbani kenyataannya masih jauh dari harapan. Pendirian banyak pesantren baru yang menjamur termasuk dengan label Pesantren Modern pun masih jauh dari harapan. Nampaknya dibutuhkan pengorbanan IKHLAS dari berbagai kalangan umat yang berkepentingan dengan masa depan Kejayaan Islam untuk bekerja sama dan selalu 'berijtihad' terus-menerus dan dengan seksama mencari sistem pendidikan yang paling cocok dan terintegrasi untuk PENGEMBANGAN JIWA ANAK DALAM SEMUA ASPEK KEJIWAANNYA.
Budaya IKHLAS mencintai ilmu dan memuliakan guru-guru yang juga lkhlas mentransfer ilmunya sementara ini hanya tersisa di pesantren-pesantren salaf yang justru semakin ditinggalkan, dayeuh-dayeuh dan sebagian pesantren Modern, sisanya wallaahu a'lam. Perlu diketahui, bagi santri pemula harus mengaji dan mengamalkan kitab 'Ta'liimu muta'allim' yang berisi adab (etika) Penuntut ilmu terhadap ilmu itu sendiri, terhadap guru, larangan-larangan dan anjuran-anjuran bagi penuntut ilmu dan hal -hal lain yang relevan.
CAMKAN! Semua pelaku dunia pendidikan Islam harus memahami benar bahwa jiwa manusia (nafs) adalah OBYEK pengajaran dalam sistem Pendidikan yang akan diterapkan. Pemahaman terhadap Konsep Jiwa Manusia Dalam Pandangan Islam ini sangat-sangatlah dibutuhkan sebelum bicara tentang metode atau sistem pendidikan, sebab jiwa manusia memiliki bagian-bagian penting yang saling berkaitan. Penekanannya adalah bagaimana ilmu itu berproses sehingga ilmunya melahirkan iman bukan bagaimana ilmu didapat (intelektualistik). Jika pendidikan Islam memperhatikan potensi batiniyah manusia maka akan lahir manusia-manusia tinggi ilmu dan iman sekaligus banyak amalnya. (to be continued)
01.17
yusufzul
Keutamaan Ilmu Dengan ILMU, Allah perlihatkan keunggulan Nabi Adam alaihi salam atas malaikat dan memerintahkan para Malaikat dan Iblis bersujud kepadanya (Al-Baqoroh 2 : 30-34). Sujud disini diartikan menghormati dan memuliakan Adam oleh para malaikat, bukan diartikan menyembah. Dan hanya Iblis yang menolak karena merasa derajatnya lebih tinggi. Sesungguhnya mulianya ILMU karena kedudukannya menjadi WASILAH (sarana) menuju kebaikan dan taqwa. Sementara taqwa dan kebaikan menjadikan manusia memperoleh kemuliaan disisi Allah SWT. Sekali lagi, sarana ini (ILMU) tidak dianugerahkan Allah kepada Malaikat dan Iblis. Ilmu pula yang membedakan manusia dengan semua ciptaan Allah lainnya. Ilmu khusus dimiliki oleh manusia, menjadikannya mempunyai PERADABAN. Semua perkara selain ILMU dapat dimiliki manusia dan hewan seperti tabiat hati : keberanian, kekuatan, belas-kasih, murah hati, marah, sedih dan sebagainya tetapi ILMU tetap milik manusia. Ilmu Apa Yang Menjadi Prioritas Untuk Dipelajari Lebih Dahulu? Manusia punya potensi untuk meraih ilmu, artinya ILMU itu harus diraih. Rasulullah SAW pun bersabda : “Menuntut ILMU hukumnya WAJIB bagi setiap muslim laki2 maupun perempuan.”( al-Hadits). Tetapi, ketahuilah! Tidak diharuskan bagi setiap muslim menuntut segala macam ilmu (ada ilmu yang diharamkan, sihir misalnya). Untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai muslim adalah lebih dahulu menuntut ILMU HAL. Dinyatakan : “Ilmu paling utama adalah ILMU HAL.” Mendahulukan mempelajari ILMU HAL (secara harfiyah “Ilmu Keadaan” atau “Ilmu Kondisi”) maksudnya, setiap muslim wajib memprioritaskan mempelajari ilmu yang diperlukan untuk menghadapi TUGAS-TUGAS/KONDISI yang akan dihadapi. (Tugasnya sebagai khalifah di bumi). Dalam kemaslahatan (kepentingan) agamanya, setiap muslim wajib lebih mendahulukan mempelajari ILMU yang selalu diperlukan dalam melaksanakan kewajiban agamanya yaitu ILMU TAUHID (theologi Islam – Monotheisme dalam Islam) dan ILMU FIQIH. Sepanjang hidupnya pun relevan dan selalu aktual mempelajari dan atau mengajarkanya. Dua macam ilmu ini tidak boleh diabaikan oleh setiap muslim dan muslimah. Karena ILMU TAUHID akan membimbingnya kepada kehidupan IMAN dan ROHANI-nya. Sedangkan ILMU FIQIH akan membimbing perbuatan jasmani (dalam melaksanakan kewajiban agama). Ilmu Tauhid menjadikannya mengenal tuhannya, mempercayai (mengimani) Malaikat, Nabi-Rasul, Al-Qur’an dan kitab Allah lainnya, perkara ghaib, hari Qiyamat, Takdir Qodho dan Qodar sebagai dasar-dasar aqidah Islam. Karena ia wajib melaksanakan shalat, maka wajib baginya memiliki ILMU FIQIH yang berkaitan dengan shalat, secukupnya guna menunaikan kewajiban shalat tersebut. Kemudian wajib pula mempelajari ILMU-ILMU yang menjadi sarana dalam menunaikan kewajibannya, karena SARANA pada perbuatan WAJIB maka wajib juga hukumnya. Statemen ini sesuai dengan KAIDAH FIQIH dan bersifat universal. “Sesuatu hal yangmana kewajiban tidak dapat terlaksana kecuali dengannya maka hal itu wajib adanya.” Ilmu sarana yang wajib ini juga berkenaan dengan ilmu untuk seluruh mu’amalah atau untuk penghidupannya seperti ilmu perdagangan dan skill lain agar terhindar dari hal (pekerjaan) yang haram. Sifatnya ada yang fardhu ‘ain (wajib untuk setiap orang) dan fardhu kifayah (seperti ilmu pengobatan/kedokteran, hukum). Dan terakhir untuk kepentingan agamanya adalah kewajiban mempelajari ILMU TABIAT (Perilaku atau Dinamika) HATI. Misalnya tentang pemahaman tawakkal, inabah, ridho, kosy-yah, roja’, Ikhlas, dan sebagainya. Dan juga mengenali tabiat hati yang tidak terpuji seperti culas, khianat, marah, iri, tidak dapat dipercaya dan sebagainya. Beberapa TABIAT HATI secara singkat dapat dijelaskan. Tawakkal berarti sikap hati yang pasrah total atau menyerahkan segala urusannya kepada kehendak Allah. Inabah berarti retreat (kembali) kepada Allah. Kosy-yah adalah sikap hati yang takut akan dahsyatnya azab Allah. Ridho adalah sikap rela dalam menerima takdir qodho dan takdir Qodar Allah SWT. Roja’ adalah menaruh pengharapan kepada Allah. Dan Ikhlas adalah hati yang menggerakkan untuk berbuat karena Allah ta’ala. Wallaahu 'a’lam bi shawab
18.18
yusufzul
Dalam pandangan Islam jiwa manusia adalah OBYEK pengajaran. Pemahaman terhadap Konsep Jiwa Manusia menurut Islam sangat dibutuhkan sebelum bicara metode atau sistem pendidikan, sebab jiwa manusia memiliki bagian-bagian penting yang saling berkaitan dan masing-masing memiliki peranan sangat penting. Inti dari jiwa manusia adalah Qalb (kalbu), didalamnya mencakup Sadr (kesadaran), Fuad (sanubari/nurani) dan Lubb (akal pikiran yang selalu mengajak beriman). Hakim Tirmidhi seorang ulama abad ke 9 menulis kitab ‘Bayan al-Farq, Bayn al-Sadr wa al-Qalb wa al-Fuad wa al-Lub.’ (Penjelasan Tentang Perbedaan antara Sadr (sadar), Qalb (kalbu/hati), Fuad (nurani) dan Lubb (akal pikiran). Istilah sadr dalam bahasa Indonesia menjadi sadar-kesadaran ternyata berbeda artinya dengan istilah qalb yang berarti hati atau kalbu. Fuad diIndonesiakan menjadi nurani berbeda lagi dengan lubb yang arti sebenarnya adalah akal pikiran yang beriman. Ulul Albab adalah orang yang berakal fikiran tauhidi. Semua itu merujuk kepada sesuatu yang bersifat batiniyah. Jika dibedah dada orang tentu sadr, qalb, fuad dan lub itu tidak akan ditemukan secara fisik. Maka dalam buku ini Hakim Tirmidhi menjelaskan bahwa hati atau qalb itu adalah nama yang komprehensif yang kesemuanya bersifat batiniyah (tidak zahir) alias tidak empiris. Kesadaran (consiousness) ada dalam hati (qalb) seperti kedudukan putih-mata didalam mata. Kesadaran adalah pintu masuk segala sesuatu ke dalam jiwa manusia. Perasaan waswas, lalai, kebencian, kejahatan, kelapangan dan kesempitan masuk melalui Kesadaran (sadr). Amarah, cita-cita, keinginan, birahi, itupun masuk ke dalam sadr dan bukan ke dalam qalb. Akan tetapi sadr juga tempat masuknya ilmu yang datang melalui panca-indera seperti mata dan pendengaran. Jika hilang kesadaran (i.e. pingsan) maka semua hal diatas tertutup pintu masuknya ke dalam jiwa atau hati. Maka dari itu pengajaran, hafalan, dan pendengaran berhubungan dengan sadr (akar kata ‘sadara’ (muncul)). Jika sadr ada di dalam qalb maka qalb itu sendiri ada dalam genggaman nafs atau jiwa. Namun, qalb itu adalah raja dan jiwa itu adalah kerajaannya. “Jika rajanya baik” seperti sabda Nabi, “maka baiklah bala tentaranya dan jika rusak maka rusaklah bala tentaranya”. Demikian pula baik-buruknya jasad itu tergantung pada hati (qalb). Hati (qalb) itu bagaikan lampu dan baiknya suatu lampu itu terlihat dari cahanya. Dan baiknya hati terlihat dari cahaya ketaqwaan dan keyakinan. Sebagai raja qalb adalah tempat bersemayamnya cahaya Iman, cahaya kekhusyu’an, ketaqwaan, kecintaan, keridhaan, keyakinan, ketakutan, harapan, kesabaran, kepuasan. Karena iman dalam Islam berasaskan pada ilmu, maka qalb juga merupakan sumber ilmu. Karena sadr itu tempat masuknya ilmu, sedangkan qalb itu tempat keimanan, maka di dalam qalb itu pun terdapat ilmu. Jika qalb (hati) itu adalah mata dan sadr (kesadaran) itu adalah putih-matanya maka fuad itu adalah hitamnya pupil (bola) mata. Fuad ini adalah tempat bersemayamnya ma’rifah, ide, pemikiran, konsep, pandangan. Ketika seseorang berfikir maka fuadnya lebih dulu yang bekerja baru kemudian hatinya. Fuad itu ada ditengah-tengah hati dan Lubb adalah cahaya mata. Jika qalb adalah tempat bersamayamnya cahaya keimanan dan sadr tempa cahaya keislaman, dan fuad adalah tempat cahaya ma’rifah maka lubb berkaitan dengan cahaya ketauhidan. Gambaran diatas nampaknya terlalu spiritual atau dalam bahasa filosof Kant terlalu transcendent. Tapi memang proses berfikir demikian adanya. Hanya saja yang ditekankan disini adalah bagaimana ilmu itu berproses sehingga ilmunya melahirkan iman bukan bagaimana ilmu didapat (intelektualistik). Jika pendidikan Islam memperhatikan potensi batiniyah manusia seperti yang digambarkan Hakim Tirmidhi maka akan lahir manusia-manusia tinggi ilmu dan iman sekaligus banyak amalnya. Yaitu manusia yang hati (qalb), kesadaran (sadr), nurani (fuad) dan fikirannya (lubb) berjalan seimbang. (sumber : Misykat – Kalbu, Harian Republika, 20 Oktober 2010 by Hamid Fahmi Zarkasyi). Biografi singkat : Hakim Tirmidzi lahir sekitar tahun 820 di kota Tirmidh, terletak di perbatasan antara USSR dan Afghanistan, dekat kota Balkh. Dia keturunan dari keluarga ahli teologi Islam. Pada usia 30-an dia menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekah ia mengabdikan diri di ranah sufi dan menjadi penulis yang sangat produktif di bidang ini. salah satu kitabnya berjudul : Bayan al-farq, bayn al-Sadr wal-Qalb wal-Fuad wal-Lubb. Hakim Tirmidzi menyebut Lubb atau cahaya hati yang rumahnya didalam hati ini dengan sebutan cahaya ma'rifah. Melalui cahaya dalam hatinya ini orang tahu 'secara alami' bahwa Allah ada. Tapi dia tahu Allah itu ada tidak secara otomatis. Di satu sisi, kesadaran tentang Allah ada di alam bawah sadar dan perlu diaktifkan melalui usaha sendiri. Di sisi lain, usahanya saja bukan faktor penentu dalam memperoleh pengetahuan tentang Allah. Potensi pengetahuan ini ditetapkan dengan rahmat ilahi, dengan demikian potensi pengetahuan tentang Allah bervariasi dari orang ke orang. Karena hati itu juga diibaratkan seperti cermin kaca, jika terlalu banyak noda (dosa) yang menempel akan menghalangi cahaya hati (Lubb atau Ma;rifah) untuk mengenali keberadaan Allah.
|