Google Translate to

Indo

Selasa, 22 Maret 2011

Nabi Melarang Makan-Minum Sembari Berdiri – Tinjauan Kesehatan

Nabi memberi tuntunan menyangkut aspek kesehatan dan tindakan  preventif melalui cara hidup sehari-hari termasuk cara makan dan minum. Dalam hadist disebutkan Jangan kamu makan dan minum sambil berdiri.

Bahaya Cara Minum Berdiri

Dari segi kesehatan, air minum yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh Sfinger. Sfinger adalah struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.

Setiap kita minum, air akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang ada di ginjal. Jika minum sambil berdiri. Air yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi di ginjal. Langsung menuju kandung kemih. Saat air menuju kandung kemih terjadi pengendapan di saluran sepanjang perjalanan air (ureter). Karena banyak limbah yang menyisa di ureter inilah awal mula munculnya bencana.

Betul, penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang sungguh berbahaya. diduga diakibatkan karena Susah kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit tersumbat tadi.

Dan lebih parah lagi dengan penyakit ginjal, disamping harus secara rutin melakukan cuci darah, komplikasi dari penyakit ginjal itu sendiri bisa merembet merusak organ tubuh yang lain. Sementara penyakit seperti ini sangat mahal perawatannya di rumah sakit.

Bahaya Cara Makanan Berdiri

Dari Anas ra. dari Nabi SAW : "Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri." Qatadah berkata, "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk."

Pada saat duduk, apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lambat. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.

Adapun Nabi pernah sekali minum sambil berdiri, hal itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan.

Manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum.

Ketenangan ini hanya bisa dihasilkan pada saat duduk, di mana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.

Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.

Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.

Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.

Ketika Rasulullah SAW di rumah Aisyah ra. sedang makan daging yang dikeringkan diatas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk perempuan keji mulut melihat cara duduk Nabi sedemikian itu, ia  berkata "Lihatlah orang itu duduk seperti budak." Maka dijawab oleh Nabi ” Saya seorang hamba, maka duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak." Lalu Nabi SAW mempersilakan wanita itu untuk makan.

Adapun makan-minum sambil duduk bertelekan (bersandar) juga dilarang oleh Nabi "Sesungguhnya Aku tidak makan secara bertelekan" (HR Bukhari).

Rabu, 23 Februari 2011

Membaguskan Hati dan Akhlak Anak - Membatasi Pergaulan Buruk (Part 1)

 

Ilmu Perilaku Hati

Akhlak terpuji adalah tabiat hati yang sesuai dengan nilai agama dan menjadi perilaku spontan (tanpa lebih dahulu perlu dipikirkan atau ditelaah mendalam).  Akhlak produk dinamika hati, sementara sifat hati  selalu berubah-ubah, maka pembentukan akhlak anak membutuhkan bimbingan, pengajaran, keteladanan dan pengawasan berkelanjutan dan tidak kalah pentingnya membatasi pengaruh pergaulan buruk.

Pengajaran Akhlak merupakan bagian Ilmu Perilaku Hati  dalam Pendidikan Jiwa. Ilmu Perilaku Hati mencakup pengenalan sifat tawakkal, wara’, zuhud, ihsan, ridho, sabar, inabah, ikhlas, khusyu’, roja’, kosy-yah, istiqomah dan lainnya yang lebih ditujukan kepada Allah.  Pendalamannya pun melalui pengajaran TASAWWUF atau SUFI. Dalam kitab “Al-Hikam” disebutkan puncak akhlak adalah IHSAN (ma’rifat Allah – mengenal Allah secara mendalam). Suatu Ilmu yang sangat dibenci oleh kaum Wahabi.

Ilmu Perilaku Hati juga mengajarkan sifat amanah, ‘iffah, berani, jujur, pemurah, penolong, penyayang, menjaga air-muka, bekerja keras dan lainnya yang lebih ditujukan kepada sesama makhluk (termasuk kepada binatang, tumbuhan dan alam seisinya).  Sebab ISLAM mengajarkan untuk menyayangi binatang dan melarang menyiksanya.  ISLAM juga melarang  berbuat kerusakan di muka bumi dan menyuruh menjaga kelestarian alam. Secara umum kita pun menyebutnya Ilmu Akhlak.

tujuan Ilmu Akhlak adalah membentuk perilaku yang terpuji sebagai refleksi “hati yang sehat”, maka ia pun mengenalkan sifat-sifat buruk untuk menghindari bahayanya seperti tidak dapat dipercaya (khianat), kikir, boros, malas, tidak jujur, penakut, rendah diri, sombong dan sifat-sifat buruk lain produk dari “hati yang sakit”.

Sifat buruk tersebut diharamkan dan jalan menuju azab Neraka. Dan tidak mmungkin menghindari sifat buruk tersebut kecuali dengan mengetahui ilmu. Fungsi mempelajari ilmu akhlak dan melatihnya untuk mengantisipasi kecondongan hati (yang suka membolak-balik) kepada sifat-sifat buruk.

Maka wajib pula hukumnya setiap muslim mempelajari Ilmu Akhlak atau lebih jauh lagi Ilmu Perilaku Hati dalam konteks ISLAM. “Tidaklah aku (Muhammad SAW) diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.”

Membatasi Pengaruh Buruk

Semenjak janin usia 120 hari, saat ditiupkan rohnya dan diambil persaksian fithroh Tauhid (mengesakan Allah) (al-A’raf 172). Sejak itulah jiwa manusia bisa menerima pengajaran dan hal lain yang mempengaruhinya.  Maka   dianjurkan sering2-lah ibunya memperdengarkan Qur’an dan mengajak bicara. Kedokteran pun menyarankan memperdengarkan musik lembut.

Saat lahir bayi pun menangis keras karena tamparan setan. Dan tidaklah selamat dari tamparannya kecuali Nabi Isa as dan ibunya Siti Maryam as. Hal itu karena Allah SWT telah melindungi ibu dan anak seperti pada ayat (Al-Imron 3:36) berkenaan dengan istri Imron (orangtua siti Maryam as).(kitab Sabiilul Id-dikaar, p.25-26). Disunnahkan segera diperdengarkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri untuk mengingatkan kembali kesaksian fithroh di atas.

Rabu, 09 Februari 2011

Bagaimanakah Cara Meraih Kebahagiaan ? ( Bagian 1)

 

Seorang wanita yahudi Professor Senior bidang Sosiologi di New York University (NYU) suatu siang, 26 April 2010, sebelum dzuhur datang ke Islamic Cultural Center of New York untuk janji pertemuan dengan Imam Masjid yang berasal dari Indonesia, M Syamsi Ali. Wanita 40-an tahun yang terlalu muda untuk status profesional ini tidak sabar bertemu yang seharusnya pukul 13.30 siang itu.

Professor Karen Henderson datang dengan harapan  ada solusi atas masalah yang sangat mengganggu pikirannya yang ia bawa sejak penelitian sosiologis dan tinggal di Afghanistan – Pakistan selama 3 tahun.  Dalam pengakuannya saat dialog kemudian, ia mengaku sangat takjub melihat kehidupan di Afghanistan - Pakistan. Takjub yang menghantarkan  pada hidayah dan menjadikan siang itu selepas shalat Dzuhur menjadi mualaf dan meninggalkan keyakinan aslinya, Agama Yahudi.

Kembali ke Karen, saat dialog tentang konsep kebahagiaan. Menurutnya, sebagai seorang sosiolog, dia telah melakukan banyak penelitian dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya. Pernah ke Amerika Latin, Afrika, negara Eropa, dan Asia , termasuk Asia Selatan.

"Tapi satu hal yang harus aku ceritakan, orang-orang Pakistan dan Afghan adalah orang-orang sangat menakjubkan,” katanya mengenang.

“Banyak, religiusitas mereka. Antara lain komitmen mereka terhadap agama. Tapi saya rasa yang paling menakjubkan adalah kekuatan mereka, dan bertahan lama di alam dalam kehidupan sehari-hari,” 

"Aku heran bagaimana orang-orang ini begitu kuat dan tampak bahagia meski kehidupan yang sangat menantang.”

"Saya ingin memberitahu Anda bahwa pikiran saya terus-menerus mengingat orang-orang itu. Memori saya mengingatkan saya tentang bagaimana mereka bahagia, sementara kita, di Amerika hidup dalam keadaan mewah, tapi penuh kekurangan kebahagiaan,” ujarnya seolah bernada marah.

Tiba-tiba ia meneteskan airmata di tengah dialog, tapi sambil melempar senyum berujar :  “I am sorry, saya sangat emosional dengan kisah ini,” 

Begitulah cuplikan yang diceritakan oleh Imam Masjid New York dalam rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com  (Dialog lengkapnya akan saya lampirkan pada PART 2).

 Hakikat Kebahagian Sejati

Islam mengajarkan konsep kebahagiaan sejati adalah apabila hatinya dipenuhi kecintaan yang kental kepada ALLAH SWT dan RASULULLAH SAW. Jika puncak kebahagiaan ini diraih, maka hatinya tidak lagi berpaling kepada yang lain. Sepanjang hidupnya hanya ingin bertemu kepada yang dicintainya ini kelak di akhirat – kehidupan sesudah datangnya kematian. YA … kebahagiaan sejati ada di akhirat.

Tidak peduli bagaimana Anda menjalani hidup Anda di dunia ini, itu adalah sementara dan tidak memuaskan. Harus ada tempat di mana kita akan hidup kekal, di mana semua mimpi dan harapan akan terpenuhi. Keyakinan ini memberi kita kekuatan besar dan tekad untuk menjalani hidup sepenuhnya,  tidak peduli seberapa buruk  situasi yang melingkupi kehidupan itu sendiri. Itulah kebahagiaan yang dilandasi kebenaran IMAN.

Malaikat Maut datang untuk mengambil nyawa Nabi Ibrahim as, Ibrahim berkata : "Pernahkan engkau melihat seorang sahabat mengambil nyawa sahabatnya?" Allah pun seketika menjawab, "Pernahkah engkau  melihat seorang sahabat yang tidak suka untuk melihat sahabatnya?" Maka Ibrahim pun berkata, "Wahai Izrail, ambillah nyawaku!"

Doa berikut ini diajarkan oleh Nabi saw. kepada para sahabatnya; "Ya Allah, berilah aku kecintaan kepada-Mu dan kecintaan kepada orang-orang yang mencintai-Mu, dan apa saja yang membawaku mendekat kepada cinta-Mu. Jadikanlah cinta-Mu lebih berharga bagiku daripada air dingin bagi orang-orang yang kehausan." Hasan Basri seringkali berkata: "Orang yang mengenal Allah akan mencintaiNya; dan orang yang mengenal dunia akan membencinya."

Imam Ghozali dalam kitab Kimiyatus Sa’adah (Kimia Kebahagiaan) menyatakan    :  “Ketahuilah manusia dijadikan tidak untuk "sia-sia" saja.
Tetapi dijadikan untuk tujuan besar dan mulia.  Meskipun manusia tidak Qadim
(kekal dan azali lagi),  namun ia kelak hidup kekal selama-lamanya (di surga atau neraka). 

Meski badannya kecil dan berasal dari bumi,  namun Ruh atau Nyawa adalah tinggi dan berasal dari sesuatu yang bersifat Ketuhanan.  Apabila hawa nafsunya dibersihkan sebersih-bersihnya,  maka ia akan mencapai taraf paling tinggi dan tidak lagi menjadi hamba kepada hawa nafsu rendah.  Ia akan mempunyai sifat-sifat seperti Malaikat.

Dalam peringkat yang tinggi ini,  didapatinya surganya adalah dalam bertafakur mengenang Allah Yang Maha Indah dan Kekal Abadi.  Ia tidak lagi tunduk kepada kehendak-kehendak kebendaan dan nafsu semata-mata.  Al-Kimiya Keruhanian yang membuat pertukaran ini.

Tinjauan Sekilas Kitab Kimiyatus Sa’adah

Kimia Kebahagian ini ringkasnya berpaling dari dunia dan menghadap kepada ALLAH Subhaanahu wa Taala.  Bahan-bahan Kimia ini adalah empat   :  1.  Mengenal Diri                         2.  Mengenal Allah
                 3.  Mengenal Dunia ini Sebenarnya (Hakikat Dunia)
                 4.  Mengenal Akhirat sebenarnya (Hakikat Akhirat)

Allah SWT telah menurunkan ke bumi 124,000 nabi untuk mengajar manusia tentang bahan-bahan Al-Kimia ini.  Bagaimana hendak menyucikan hati mereka dari sifat-sifat rendah dan keji itu. Dan ajarannya pun diwariskan kepada Ulama-ulama yang wara’ atau wali-wali kekasih Allah.

Tujuan atau puncak dari Kimia Kebahagiaan ini adalah mencapai Maqam Mahabbah;  puncak tertinggi kebahagiaan yang ingin dimiliki oleh orang-orang yang Mengenal Allah. Singkatnya mencintai Allah dengan sebenar-benarnya, bukan karena sebagai kewajiban.

Cinta itu sendiri apa? Cinta adalah kecenderungan pada sesuatu yang menyenangkan, sebagaimana panca indera, kesenangan telinga kepada alunan musik, kesenangan lidah pada rasa enak yang semuanya juga dimiliki oleh hewan. Namun pada manusia ada indera keenam yang tidak ada pada makhluk lainnya, yaitu Persepsi yang ada di hati. Dengan Persepsi ini kita menyadari suatu keindahan dan keunggulan ROHANI.

Maksudnya orang yang hanya akrab dengan kesenangan dunia (inderawi) tidak akan bisa memahami maksud Nabi SAW,  saat bersabda bahwa ia mencintai shalat lebih daripada wewangian dan wanita, meski keduanya  juga menyenangkan baginya. Orang  yang mata-hati(persepsi)nya terbuka untuk melihat keindahan dan kesempurnaan Allah akan meremehkan semua penglihatan luar, betapa pun indah tampaknya semua itu.

Manusia yang hanya mengakrabi kesenangan inderawi (dunia)  berkata :   “keindahan seseorang ada pada kulit putih, tubuh  serasi dan seterusnya.”  Sebaliknya ia buta terhadap keindahan sifat-sifat yang dimaksudkan oleh orang-orang ketika mereka berbicara tentang orang ini dan orang itu yang memiliki tabiat baik.

Adapun orang yang memiliki persepsi lebih dalam merasa sangat mungkin untuk bisa mencintai orang-orang mulia yang telah jauh mendahului kita - seperti para nabi dan orang saleh - berkenaan dengan sifat-sifat mulia mereka, meski sudah meninggal ribuan tahun. Kecintaan seperti itu tidak diarahkan kepada bentuk luar melainkan kepada sifat-sifat ruhaniah.

Saat kita ingin membangkitkan rasa cinta di hati seorang anak kepada orang lain, kita tidak menguraikan keindahan tubuhnya atau harta yang dimiliki, melainkan diuraikan kunggulan ruhaniah dan sifat mulianya.

Sebab-Sebab Yang Dapat Membangkitkan Kecintaan

Sebab pertama adalah kecintaan seseorang atas dirinya dan kesempurnaan sifatnya sendiri.

Hal ini membawanya langsung kepada kecintaan kepada Allah,  karena  keberadaan dan sifat-sifat manusia tidak lain adalah anugerah Allah. Kalau bukan karena kebaikan-Nya, manusia tidak akan pernah tampil ke dunia secara kasat mata. Pemeliharaan dan pencapaian kesempurnaan manusia juga sama sekali tergantung para kemurahan Allah.

Sungguh aneh jika seseorang mencari perlindungan dari panas matahari di bawah bayangan sebuah pohon dan tidak berterimakasih kepada pohon yang tanpanya tidak akan ada bayangan sama sekali.

Sama seperti itu, kalau bukan karena Allah, manusia tidak akan maujud (ada) dan sama sekali tidak pula mempunyai sifat-sifat. Karenanya ia pasti mencintai Allah kalau saja bukan karena  sikap masa-bodohnya  terhadap Allah. Orang bodoh juga tidak bisa mencintai-Nya, karena cinta kepada Allah memancar langsung dari pengetahuan tentang Allah. Dan sejak kapankah seorang bodoh mempunyai pengetahuan ?

Sebab kedua dari kecintaan ini adalah kecintaan manusia kepada sesuatu yang berjasa kepadanya, dan sebenarnyalah satu-satunya yang berjasa kepadanya hanyalah Allah.

Kebaikan apapun yang diterima dari sesama manusia disebabkan oleh dorongan langsung dari Allah. Motif apapun yang menggerakkan orang memberi kebaikan kepada orang lain, apakah itu keinginan memperoleh
pahala / nama baik, Allah-lah yang mempekerjakan motif itu.

Sebab ketiga adalah kecintaan yang terbangkitkan oleh perenungan tentang sifat-sifat Allah, kekuasaan dan kebijakanNya, yang jika dibandingkan dengan kesemuanya itu kekuasaan dan kebijakan manusia tidak lebih daripada cerminan-cerminan yang paling remeh.

Kecintaan ini mirip dengan cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar di masa lampau, seperti Imam Malik dan Imam Syafi'i, meskipun kita tidak pernah mengharap untuk menerima keuntungan pribadi dari mereka. Dan oleh karenanya, cinta ini merupakan jenis cinta yang lebih tak berpamrih.

Allah berfirman kepada Nabi Daud, "AbdiKu yang paling cinta kepadaKu adalah yang tidak mencariku karena takut untuk dihukum atau berharap mendapatkan pahala, tetapi hanya demi membayar hutangnya kepada KetuhananKu." Di dalam Injil tertulis: "Siapakah yang lebih kafir daripada orang yang menyembahKu karena takut neraka atau mengharapkan surga? Jika tidak Kuciptakan semuanya itu, tidak akan pantaskah Aku untuk disembah ?"

Sebab KEEMPAT dari kecintaan ini adalah "persamaan" antara manusia dan Allah.

Hal inilah yang dimaksudkan dalam sabda Nabi saw :
"Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan diri-Nya sendiri."

Lebih jauh lagi Allah telah berfirman :

"Hamba-Ku mendekat kepada-Ku sehingga Aku menjadikannya sahabat-Ku. Aku pun menjadi telinganya, matanya dan lidahnya."

Juga Allah berfirman kepada Musa as. :

"Aku pernah sakit tetapi engkau tidak menjengukku ! "

Musa as menjawab : "Ya Allah, Engkau adalah Rabb langit dan bumi; bagaimana Engkau bisa sakit?"

Allah berfirman : "Salah seorang hamba-Ku sakit; dan dengan menjenguknya berarti engkau telah mengunjungi-Ku."

Membahas “kemiripan” dalam memahami hadits ini adalah masalah yang sangat krusial dan membahayakan aqidah yang lurus. Terutama berbahaya bagi muslim yang awam atau dangkal aqidahnya. Sebab orang yang cerdas dan juga paham ilmu agama bisa saja tersandung dalam membicarakan soal ini sehingga berpaham sesat karena percaya pada Inkarnasi dan Wihdatul Wujud (persekutuan dengan Allah).

Betapa pun jauh jarak yang memisahkan mereka, manusia bisa mencintai Allah karena "persamaan" yang diisyaratkan di dalam sabda Nabi  :
"Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan diri-Nya sendiri."

Dilanjutkan ke PART 2
< billaahit taufiq wal hidayah > 

Senin, 07 Februari 2011

Presiden RII Adalah Anak Pandai Besi

 

Ia terlahir sebagai anak pandai besi di Garmsar, daerah kantong kemiskinan, dekat Tehran tahun 1956. Ia juga memegang gelar PhD dalam lalu lintas dan transportasi dari Teheran Universitas Sains dan Teknologi, di mana sampai sekarang masih menjadi dosen disamping sebagai Presiden salah satu negara yang paling keras menentang hegemoni Amerika.      
                                                                                                                           Dia tidak dikenal ketika diangkat sebagai walikota Teheran pada tahun 2003 karena dia tidak suka publisitas. Kemenangannya mengalahkan incumbent presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani tahun 2005 mengejutkan  masyarakat internasional. Dunia mulai mengenalinya sebagai pembela gigih  ulama konservatif dan aktivis Pengawal Revolusi Iran Pasdaran, beraliran garis keras yang populis. 

mahmoud_ahmadinejad_100920190607 Kemampuan retorikanya sangat kuat terbukti mampu mengimbangi tekanan Dunia Internasional (lebih tepatnya Amerika dan sekutunya) terhadap program nuklir Iran. Ia mampu membuat geram negara2 pendukung Israel dengan pandangannya            “Holocaust adalah Mithos”  dan membina kekuatan aliansi dengan Venezuela, Cuba dan negara2 yang tidak menyukai hegemoni Amerika.

Dana kampanyenya tidak banyak untuk posisi presiden tahun 2005 – namun didukung kekuatan konservatif kuat yang memanfaatkan jaringan masjid untuk memobilisasi dukungan. Dia juga mendapat dukungan dari kelompok muda revolusioner generasi kedua dikenal sebagai Abadgaran  (“Pengembang”) yang kuat pengaruhnya di Parlemen.

Kampanyenya pun berfokus pada kemiskinan, keadilan sosial dan distribusi kekayaan. Pandangannya sangat populis sampai mewarnai kehidupan pribadinya. Seorang Presiden Penantang Amerika yang benar2 hidup sederhana seperti rakyat biasa yang jauh dari kemegahan dan kemewahan sebagaimana kehidupan sederhana anak tukang besi.

Kesederhanaan Seorang Presiden : Mahmoud Ahmadinejad

image Ahmadinejad, Presiden Iran yang mencengangkan banyak orang ketika menyumbangkan karpet Istana Presiden (tentu berkualitas tinggi) ke sebuah masjid di Teheran. Dan mengganti karpet istana dengan karpet murah.

Mantan walikota Teheran itu juga menutup ruangan kedatangan tamu VIP karena dinilai terlalu besar. Ia lalu meminta sekretariat istana mengganti dengan ruangan sederhana dan mengisi dengan kursi kayu. Sekali lagi fakta yang mengesankan…!

ADRocket2 Dalam beberapa kesempatan Presiden juga bergabung dengan petugas kebersihan kota untuk membersihkan jalan di sekitar rumah dan istana Presiden.

Setiap menterinya sebelum diangkat selalu menandatangani perjanjian dengan banyak ketentuan, terutama yang ditekankan adalah agar setiap menteri tetap hidup sederhana . Seluruh rekening pribadi dan keluarganya diawasi agar mereka dan keluarganya tidak memanfaatkan keuntungan sepeser pun dari jabatannya.

Ahmadijed juga mengumumkan bahwa kemewahan terbesar dirinya adalah mobil Peogeot 504 buatan tahun 1977dan sebuah rumah kecil warisan ayahnya 40 tahun lalu yang terletak di salah satu daerah miskin di Teheran. Rekening tabungannya nol dan penghasilan yang diterima hanyalah gaji sebagai dosen sebesar kurang dari Rp 2.500.000,-. (U$ 250)

Presiden tetap tinggal di rumahnya. Satu-satunya rumah miliknya, salah satu presiden Negara terpenting di dunia secara strategi, ekonomi, politik dan tentunya minyak dan pertahanannya.

Ahmadinejad bahkan tidak mengambil gajinya sebagai presiden (yang merupakan haknya). Alasannya seluruh kekayaan adalah milik Negara dan ia hanya bertugas menjaganya.

iran-president-7.jpg

Presiden Republik Islam Iran, Mahmud Ahmadinejad  sedang menikmati makan sehari-harinya di ruang makan  Istana Presiden.

Hal lain yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa setiap hari. Isinya adalah bekal sarapan, beberapa potong roti sandwich dengan minyak zaitun dan keju. Ahmadinejad menyantap dengan nikmat makanan buatan isteri. Di saat yang sama ia menghentikan semua makanan istimewa yang biasa disediakan untuk presiden.

Ahmadinejad juga mengalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran Negara. Presien juga memilih terbang dengan pesawat kelas ekonomi.

Ahmadinejad selalu melakukan rapat dengan para menteri kabinet untuk memantau semua aktivitas. Semua menteri bisa masuk ke ruangannya tanpa harus izin. Ia juga menghapus semua acara seremonial red carpet, foto-foto dan iklan pribadi ketika mengunjungi Negara lain.

Jikalau harus menginap di hotel ia selalu memastikan untuk tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya ia tidak tidur di tempat tidur tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana dan sepotong selimut.

iran-presiden.jpg
Ahmadinejad tidur di ruang tamu setelah seharian dijaga pengawal kepresidenan. Foto ini dibuat oleh adiknya dan diterbitkan harian Wifaq yang sehari kemudian menyebar di majalah dan Koran seluruh dunia terutama Amerika Serikat.

iran-president-2.jpgSaat shalat berjamaah di masjid Presiden tidak duduk di shaf pertama.

Televisi Fox Amerika pernah bertanya pada Presiden Iran Ahmadinejad : ”Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?” Ia pun    menjawab : ”Saya melihat seseorang di  cermin dan berkata padanya ”Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggung jawab besar dan itu adalah melayani bangsa Iran”.

Ternyata kita masih bisa menemukan Pemimpin Islam yang wara’ tidak tergoda dengan harta dunia meskipun kekuasaan negara ada di tangannya. Kehidupan wara’-nya dan perhambaanya kepada Allah SWT. menjadikan ia berani menantang dunia.

Inilah contoh pemimpin yang lahir dari wanita bersahaja - menghadirkan kesederhanaan di Istana Kepresidenan. Pemimpin yang muncul bukan dari produk sistem feodal karena keturunan, atau klan keluarga penguasa tetapi dari sistem sosial yang menjunjung nilai–nilai Islam yang mulia. Masyarakat yang menjunjung tinggi para ULAMA-nya dan ajaran yang menopang kehidupan intelektual, sehingga anak_anak keluarga miskin  yang cemerlang lebih leluasa melakukan mobilisasi vertikal meraih masa depannya dan tetap menjaga kebersahajaannya. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More